Dear Ibu Teja,
Sejak menikah, saya dan suami menggabungkan pendapatan pada rekening yang saya pegang. Semua pengeluaran bulanan termasuk urusan dapur, kebutuhan sekolah anak dan membayar tagihan, saya yang handle. Sementara suami memegang uang untuk keperluan makan diluar dan bensin saja.
Menggabungkan pendapatan menjadi uang bersama itu adalah komitmen kami, Bu. Namun beberapa waktu lalu, saya mendapat bonus yang tidak biasanya dari kantor. Saya ingin sekali memakai bonus tersebut untuk membeli suatu barang yang saya inginkan sejak lama. Apakah itu boleh, Bu? Sebenarnya, bagaimana pembagian keuangan yang ideal dirumah, apa semuanya memang harus dilakukan secara terbuka? Suami sebenarnya kurang suka kalau saya belanja, padahal saya belanja juga tidak sering.
Ratih – Bogor
Dear Ratih,
Mengelola keuangan bersama dalam keluarga sangatlah penting. Karena saat berkeluarga kita tidak hidup sendiri lagi. Selain diri kita dan pasangan, ada anak – anak serta keluarga besar masing –masing yang saling berkaitan. Saat sebelum menikah, secara pribadi kita telah mengelola keuangan sendiri – sendiri. Akan tetapi, begitu kita berkeluarga, maka uang yang kita hasilkan dan digunakan, sangatlah bergantung kebutuhan keluarga.
Baik sudah memiliki anak atau belum, sebuah keluarga pastinya tetap memiliki tujuan keuangan, alangkah baiknya apabila pengelolaan keuangan keluarga dilakukan secara bersama –sama. Apa yag mbak Ratih dan suami lakukan selama ini sudah tepat sekali. Tidak masalah apakah dana keluarga tersebut dipegang oleh satu orang atau dibagi dua, yang penting penggunaannya dibicarakan bersama.
Setiap keluarga tentunya memiliki kebiasaannya masing – masing. Ada suami yang memberikan semua uangnya kepada istri dan membiarkan istri yang mengatur agar uang tersebut bisa cukup memenuhi kebutuhan keluarga, ada juga yang mengatur uangnya masing – masing dan membagi pengeluaran keluarga dan tanggung jawab masing – masing. Semua cara apa pun tentu tidak masalah asalkan telah disepakati bersama.
Nah, untuk bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik sehingga bisa mencapi tujuan keuangan keluarga yang diharapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Saling Jujur
Apa jadinya kalau suami – istri saling menutupi kondisi keuangan masing – masing? Misalnya, tentang berapa gaji suami dan berapa gaji istri. Tentu, tidak bisa seperti ini, kan?
Terbiasa mengelola uang sendiri ketika masih single, membuat banyak orang tidak rela memberitahukan berapa penghasilannya, bahkan pada pasangan. Kekhawatiran uangnya akan digunakan dihabiskan oleh pasangan atau takut tak bisa lagi menggunakan uang pribadi sesuka hati, biasanya menjadi alasan. Kalau masih berpikiran seperti itu, artinya kita tidak percaya pada pasangan. Akhirnya saling menutupi da tidak memberikan manfaat apa pun dalam keluarga. Saling percaya dan terbuka adalah kunci utama pengelolaan keuangan keluarga. Bisa saling mengetahui berapa sebenarnya total penghasilan keluarga dan kemana saja uang itu dialokasika, tentunya akan sangat menyenangkan.
Buat lah catatan penghasilan dan pengeluaran bulanan serta tahunan bersama – sama. Diskusikan kemana saja uang tersebut akan kita gunakan dan bagaimana mengelolanya.
Tujuan Keluarga
Setiap keluarga pasti memiliki tujuan keuangan yang ingin dicapai. Memiliki dana darurat, dana pendidikan anak, serta dana pensiun adalah tujuan utama yang umumnya diinginkan sebuah keluarga.
Wajar bila masing – masing pihak memiliki keinginan yang berbeda. Mendiskusikan dengan pasangan apa yang kita inginkan dan apa yang dia inginkan, akan membantu kita memiliki tujuan keuangan keluarga. Kemana kita akan menyekolahkan anak? Apa yang ingin kita lakukan di usia pensiun? Rumah seperti apa yang kita inginkan? Kapan pergi naik haji? Dan pertanyaan lainnya, masih banyak yang perlu disikusikan. Nah, sekarang coba tanyakan pada diri sendiri, sudah kah memiliki tujuan keuangan keluarga?
Rencanakan Bersama
Kalau kita melihat pada point pertama dan kedua, semuanya selalu mengarahkan kita untuk mendiskusikan bersama dan merencanakan bersama. Tidak ada gunanya sebuah tujuan kalau itu hanya mengikuti kemauan kita tanpa mendiskusikannnya bersama pasangan. Sebaliknya, tidak da gunanya juga uang yang kita simpan tanpa tahu apa gunanya bagi keluarga. Rencana keluarga yang sempurna adalah rencana yang dibuat bersama – sama, dijalankan bersama – sama, dan akan terus dipantau pelaksanaannya secara bersama – sama hingga tujuan itu bisa tercapai.
Nah, Mba Ratih, kalau menerima bonus, alangkah baiknnya kalau dibicarakan oleh suami. Buka lah semua catatan pengeluaran selama ini, tunjukkan kepada suami bahwa anda telah mengelola keuangan dengan baik. Diskusikan keinginan mbak Ratih menggunakansebagian bonus itu untuk pengeluaran pribadi. Tidak ada yang salah kok, dengan membelanjakan sebagian uang kita untuk urusan pribadi. Asal sesuai dengan kondisi keuangan keluarga saat ini.
Tejasari CFP ®
Sumber Nova 1383/XXVII 25-31 Agustus 2014