Memasuki akhir tahun 2015, kita sudah melewati begitu banyak tantangan dalam berinvestasi. Bukan hanya harga saham yang turun di tahun 2015, bahkan properti juga melambat dan emas yang biasanya naik saat harga saham turun, juga tidak bergerak banyak. Kalau dibilang masa krisis sudah lewat, mungkin belum sepenuhnya. Para investor masih terus bertanya-tanya, apakah ini sudah waktunya untuk mulai menambah portofolio kita lagi, atau masih harus menunggu ? Yang satu belum terjawab, sudah ditambah lagi dengan satu pertanyaan lain, produk investasi apa yang bagus di tahun 2016.

Banyak ahli mungkin bisa menjawab perkiraan mereka untuk produk investasi yang bisa dibeli di tahun 2016. Akan tetapi, pandangan yang berbeda beda dari masing masing pendapatnya, membuat kita akan semakin bingung untuk memilih produk investasi. Ingin bisa berinvestasi dengan tepat di tahun 2016 ini ?  sebelum kita memilih produk investasi, baiknya kita lihat dulu gaya investasi apa yang sesuai dan nyaman buat kita, barulah kita bisa memilih produk investasi yang tepat.

  1. Strategi Cost Averaging

Strategi ini menjadi andalan bagi banyak orang yang belum memiliki aset yang dapat diinvestasikan dalam jumlah besar. Mereka umumnya memiliki penghasilan tetap setiap bulannya dan berencana untuk melakukan investasi secara rutin dengan menyisihkan sebagian penghasilan bulanan. Dengan gaya investasi ini, tidak banyak produk investasi yang bisa dipilih karena jumlahnya relatif tidak besar. Reksa dana dan unit link adalah pilihan produk investasi yang paling banyak digunakan. Bahkan berinvestasi emas juga bisa menggunakan sistem ini, akan tetapi umumnya membeli emas pada account penampungan, agar pencetakan emasnya dilakukan setelah terkumpul cukup banyak agar menghemat biaya produksi.

Bagi yang memilih strategi cost averaging ini, memilih produk investasi menjadi lebih mudah. Yang dilakukan adalah memiliki tujuan keuangan yang diinginkan, lengkap dengan jangka waktu investasi yang dibutuhkan untuk mencapainya. Untuk masing masing tujuan, tetapkan jangka waktu investasi, apakah jangka waktu panjang, menengah atau pendek. Untuk jangka waktu panjang, reksa dana saham dan unit link equity adalah pilihannya. Sementara untuk jangka menengah, pilihan reksa dana campuran dan pendapatan tetap, serta unit link balanced fund bisa digunakan. Untuk tujuan jangka pendeknya, mereka biasa menggunakan reksa dana pasar uang, atau yang lebih standar lagi menggunakan tabungan.

Strategi cost averaging tidak melihat kondisi pasar tertentu, apakah indeks saham naik atau turun, investasi tetap dilakukan dalam jumlah yang direncanakan. Jadi, untuk orang orang yang berinvestasi menggunakan strategi cost averaging, maka untuk tahun 2016, apapun produk investasi yang sedang booming, tidak berpengaruh signifikan dalam investasi yang dilakukannya

  1. Strategi Asset Allocation

Kalau kita menggunakan strategi Cost Averaging, terlihat bahwa investasi yang dilakukan cenderung sangat pasif. Investor tidak banyak melakukan pemilihan dalam produk investasinya. Pemilihan produk hanya dilakukan diawal saat memilih jenis investasi yang ingin dilakukan pertama kali. Berbeda dengan gaya yang kita ambil saat kita memilih strategi Asset Allocation untuk tipe investasi yang kita lakukan. Strategi Asset Allocation membagi komposisi aset berdasarkan profil yang kita miliki. Secara umum, apabila kita bertransaksi di pasar modal, mereka membagi komposisinya antara cash, obligasi dan saham. Komposisi ini akan dipertahankan dan di review dalam periode tertentu.

Strategi Asset Allocation bisa dibilang pasif, tapi juga bisa dibilang aktif. Pasif karena dalam kondisi tertentu, yang dilakukan hanyalah melakukan review beberapa bulan sekali, untuk mengembalikan portofolio pada komposisi awal. Tapi, bisa menjadi aktif, kalau strategi yang dilakukan dalam alokasi asetnya sangat taktis.

Dibandingkan dengan cost averaging, untuk tahun 2016, strategi asset allocation juga tidak terlalu memusingkan produk investasi apa yang sedang booming atau apa yang menarik di 2016. Mereka tetap mempertahankan komposisi portofolionya, sambil terus melihat kondisi yang bisa membahayakan portofolio yang dimiliki.

Memilih investasi di tahun 2016

Diluar 2 strategi investasi diatas, banyak orang melakukan investasi untuk meningkatkan hasil setinggi tingginya. Untuk orang orang seperti ini, mereka akan mencari tahu, investasi apa yang mungkin memberikan hasil tinggi, investasi apa yang sedang trend, dan investasi apa yang bisa memberikan peningkatan kekayaan dalam waktu singkat. Jangka waktu investasinya cenderung pendek, dibawah 1 tahun dengan target return yang tinggi.

Kalau bagi para investor pasif  memiliki target return jangka panjang 25% per tahun sudah cukup tinggi, maka target return 25% per tahun dalam jangka pendek untuk orang orang yang agresif, itulah yang dicari. Tentu saja, hal ini dilakukan dengan terus mempelajari kondisi perekonomian Indonesia, terus aktif mencari berita dan aktif bergerak dalam dunia investasi.

Kalau kita biasa berinvestasi secara pasif, tapi ingin lebih aktif dengan portofolio kita, maka sisihkanlah sebagian aset yang tidak dialokasikan sama sekali untuk tujuan keuangan, masuk dalam portofolio aktif ini. Kalau kita mengalami rugi, maka hasilnya tidak akan berpengaruh pada tujuan keuangan yang telah direncanakan. Akan tetapi kalau kita mendapatkan return yang tinggi, maka akan memberikan tambahan positif peningkatan aset kita.

Nah apa yang kira kira akan terjadi di tahun 2016 ?

Properti yang relatif stagnan di tahun 2015, kelihatannya mulai sedikit bergerak. Kalau kita punya dana yang cukup untuk bermain dalam properti, silahkan pilih properti yang baik disaat harganya masih relatif murah saat ini. Salah satu kelemahan dari properti adalah memerlukan waktu yang relatif cukup lama untuk menjualnya dibandingkan produk pasar modal. Jaga komposisi aset properti kita dalam komposisi yang wajar dibandingkan aset investasi kita yang lain.

Emas, yang mulai menggeliat lagi belakangan ini, tetaplah menjadi salah satu aset yang menjaga kestabilan kekayaan kita. Umum digunakan sebagai dana darurat, emas biasanya ada dalam komposisi maksimal 10% dari total kekayaan kita. Emas yang terlalu banyak, selain bisa menurunkan rata-rata return investasi, juga akan merepotkan karena tempat penyimpanannya harus terjaga dengan aman, baik di Safe Deposit Bank, maupun di rumah.

Bagaimana dengan portofolio saham dan obligasi kita ?

Obligasi memiliki sifat yang seperti emas, kalem dan tenang tenang saja, bahkan cenderung ditinggalkan oleh para investor agresif. Menjadi bantalan penyelamat, returnnya tidak bisa bergerak tinggi. Apalagi kalau kita membatasi komposisi portofolio kita di obligasi secara terbatas, maka jumlah bunganya hampir tidak kelihatan, tenggelam oleh hiruk pikuk investasi kita di saham. Apakah kita bisa mendapatkan bunga yang tinggi di obligasi seperti tahun 2015 ? Kalau pasar saham bergerak tinggi dan aktif kembali, pastinya bunga obligasi di tahun 2016 tidak seindah di tahun 2015.

Saham yang sudah menukik tajam di tahun 2015, tentu saja diperkirakan akan berubah arah di tahun 2016. Ragu akan pemilihan waktu yang baik untuk berinvestasi saham ? pilihlah dulu saham yang berfundamental baik dan mulai kumpulkan lagi sedikit demi sedikit. Tapi kalau anda berani dan yakin, silahkan saja memulai lagi strategi aktifnya di pasar saham.

Selalu ingat akan tujuan keuangan kita dalam berinvestasi, agar langkah investasi kita jelas dan aman. Kuatkan dana darurat, diversifikasi untuk meminimalkan risiko dan terus mengikuti perkembangan pasar agar tidak tertinggal.

Tejasari CFP®

Mau membuat perencanaan keuangan untuk 2016? Atau Ingin berkonsultasi seputar masalah keuangan? Kirim email ke : tanya@tatadana.com atau hubungi : (021) – 723-5949 / 081318621626. Tatadana Consulting, Grha Toejoeh Empat lantai 3 Jalan Wolter Monginsidi No.15 Jakarta Selatan 12110.

Website : www.tatadana.com / www.keuanganitumudah.com

infovesta Nov

infovesta Nov a

infovesta Nov b

Sumber : Buletin Infovesta #Edisi13 [ November – Desember ]

WhatsApp chat