Kenapa reksadana merupakan produk yang banyak disarankan oleh para Financial Planner? Tentu saja karena produk ini adalah produk investasi yang aman, praktis membelinya, tidak memerlukan analisa yang sulit untuk bisa mulai berinvestasi serta dapat dibeli dengan nilai yang tidak besar. Dari tahun ke tahun, berinvestasi reksadana di Indonesia, menjadi semakin populer. Dengan banyaknya informasi yang tersedia saat ini, serta mudahnya bertransaksi menjadikan produk investasi ini cukup baik untuk dimiliki. Terdapat beberapa strategi yang dimiliki dalam berinvestasi, tapi ingatlah selalu akan prinsip prinsip investasi :

  •  Kenalilah profil resiko kita, konvensional, moderat atau agresif.
  • Sesuaikan produk investasi yang dipilih dengan jangka waktu investasi yang kita rencanakan. Untuk produk investasi yang memiliki resiko tinggi seperti reksadana saham, gunakan untuk tujuan jangka panjang
  •  High risk high return, low risk low return. Kalau kita berharap untuk memiliki hasil investasi yang tinggi, artinya kita harus siap untuk menghadapi kerugian yang tinggi juga.
  • Lakukan diversifikasi, ini adalah salah satu cara untuk mengurangi resiko. Perhatikan portofolio kita dan terus seimbangkan sesuai dengan profil resiko, tujuan investasi serta kondisi perekonomian.

Dibawah ini, adalah tulisan mengenai kinerja reksadana di tahun 2011. Cukup menarik untuk dibaca. Semoga menambah pengetahuan kita serta dapat memberikan informasi yang baik bagi kita dalam melakukan investasi ditahun 2012.

————

Koran Kontan, Sabtu 7 Januari 2012.
(Penulis : Wawan Hendrayana – Research & Investment Analyst www.infovesta.com)

KILAS BALIK REKSADANA DI 2011

Kinerja saham dan obligasi pemerintah terbilang mengejutkan selama tahun 2011 yang baru berlalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan barometer kinerja bursa saham di Indonesia hanya tumbuh 3,20%.
Angka itu jauh dibawah pertumbuhan Infovesta Government Bond Index (IGBI), indikator pertumbuhan obligasi pemerintah. Tahun lalu IGBI meningkat 14,30%.

Hasil itu berbeda dengan prediksi awal para analis. Pada pembukaan tahun lalu, banyak analis memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan bunga acuan untuk menghambat  laju inflasi, yang diramal akan berlari kencang. Situasi macam itu tentu akan menekan harga obligasi, dan akibatnya, reksadana saham lebih menarik di mata investor.

Proyeksi semacam itu memang terjadi di bulan Februari 2011. Laju pertumbuhan inflasi menjadi alasan BI menaikkan BI rate menjadi 6,75%. Bunga acuan sebesar itu bertahan hingga bulan November 2011.

Namun, apa yang terjadi setelah itu di luar perkiraan. Tsunami Jepang, pelambatan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), juga krisis utang Eropa, mengguncang pasar saham bertubi-tubi. Sebaliknya, pasar obligasi memperoleh apresiasi dari rendahnya laju inflasi serta ekspektasi kenaikan rating negara Indonesia menjadi investment grade.

Kinerja reksadana saham pun terpuruk lebih rendah daripada pertumbuhan IHSG. Sepanjang 2011, rata-rata reksadana saham membukukan kinerja minus -0,25% pertahun. Return tertinggi yang dihasilkan adalah 23,93%, dan ada yang terburuk minus alias rugi 21,11%.

Reksadana pendapatan tetap mengalami hasil yang berbeda. Reksadana berbasis obligasi ini secara rata-rata membukukan kinerja 1 tahun sebesar 12,30%. Return terbaik adalah 33,06%, dan yang terburuk 1%.

Sedang reksadana campuran yang umumnya merupakan perpaduan antara saham dan obligasi, secara rata-rata membukukan kinerja 1 tahun sebesar 2,57%. Reksadana campuran terbaik menghasilkan return 20% dan yang terburuk merugi 24,5%.

Untuk reksadana pasar uang, kinerja 1 tahun rata-rata sepanjang 2011 adalah 5,30%. Raksadana pasar uang terbaik mencetak return 6,68%. Yang terburuk menghasilkan 3,48%.

Yang menarik, return rata-rata reksadana saham, dalam 1 tahun terakhir, ternyata kalah daripada IHSG. Berdasarkan data yang ada, hanya 20 reksadana saham, dari total 64 produk yang beredar saham (atau 42,19% dari yang beredar) yang mampu membukukan return positif sepanjang 2011.

Pencapaian reksadana saham di 2011 tidak jauh berbeda dengan kecenderungan yang terjadi selama 2001 hingga 2010. Dalam periode itu, hanya 50% dari reksadana saham yang dapat mengalahkan IHSG.

Dari data historis itu, kita bisa menyimpulkan bahwa makin sulit bagi manajer investasi mengelola reksadana saham yang return-nya mampu melampaui IHSG. Ini harus diingat investor saat memilih reksadana.

Sedang reksadana pendapatan tetap, justru menjadi reksadana dengan kinerja terbaik di tahun 2011. Dari 93 reksadana pendapatan tetap yang telah berusia 1 tahun per 30 Desember 2011, tidak ada satu pun yang mencatatkan kerugian.

Jika merujuk ke dana kelolaan, maka 2011 terbilang tahun yang terbaik bagi industri reksadana. Per 30 Desember 2011, dana kelolaan total reksadana non-penyertaan terbatas mencapai Rp 162,28 triliun. Angka itu berarti ada peningkatan lebih dari 16% dibandingkan tahun sebelumnya.

Komposisi dana kelolaan memang tak berubah banyak. Reksadana saham mendapat porsi terbesar, yaitu Rp 65,2 triliun. Berikutnya, reksadana terproteksi dan reksadana pendapatan tetap, masing-masing, Rp 42,45 triliun dan Rp 25,9 triliun.
Fenomena menarik terjadi di reksadana saham. Walau kinerjanya buruk, dana kelolaan reksadana saham tumbuh Rp 16 triliun, atau 32,73%, dari posisi akhir tahun 2010.

Fakta itu berarti reksadana saham tetap merupakan pilihan utama bagi investor Indonesia. Pertumbuhan dana kelolaan yang tinggi juga sejalan dengan penerbitan produk baru oleh beberapa manajer investasi di kuartal akhir 2011, saat indeks sedang terkoreksi. Produk baru ini tak kesulitan menarik minat investor, karena harga-harga saham sedang murah.

Di tahun ini, industri reksadana kita terbuai berbagai prediksi indah, seperti pertumbuhan ekonomi yang menurun, laju inflasi yang rendah serta penurunan bunga acuan. Namun, dunia juga masih dibayangi krisis Eropa, pelambatan ekonomi global, dan isu overheat di China.

Berkaca ke kinerja reksadana di 2011, konsep diversifikasi jelas relevan. Karena sulit menebak secara pasti reksadana jenis apa yang akan bersinar, tak ada salahnya investor meminimalkan risiko dengan menyebarkan dana ke berbagai reksadana. Tentu, penyebaran itu tetap disesuaikan dengan tujuan finansial Anda.

WhatsApp chat