Siang Ibu Teja,
Saya mau bertanya tentang keuangan untuk anak. Anak saya yang baru kelas 5 SD tiba – tiba meminta uang jajan, Bu. Padahal sebelumnya ia tidak pernah membawa uang jajan karena saya bawakan bekal dan sekolahnya dekat rumah. Memang tidak besar, sih. Dia hanya meminta Rp. 10.000 dan hanya di hari Senin dan Jumat, sementara dia bilang teman – temannya membawa uang jajan sebesar Rp. 20.000. Saya sempat tidak mau memberinya uang jajan, tapi kasihan juga karena khawatir dia dikucilkan. Atau, kasihan juga bila saat teman – temannya jajan dan makan, dia hanya bisa melihat tanpa beli apa – apa. Anak saya juga pernah meminta uang di hari Minggu untuk menonton bisokop dengan teman – temannya.
Bu, saya tidak ingin anak saya jadi boros atau tidak menghargai uang. Sebaiknya, bagaimana untuk mengenalkan manajemen uang untuk anak dan bagaimana menghitung besaran uang jajan yang ideal?
Terima kasih, Ibu Teja.
Widia – Bintaro
Selamat Siang Bu Widia,
Selama ini banyak orangtua berpikir bahwa uanga jajan adalah hal negatif bagi anak – anak kita, karena membuat mereka jadi materialistis. Apalagi kalau uang jajan itu digunakan untuk membeli makanan dan minuman tidak sehat, yang otomatis akan menambah efek negatif bagi sang Anak. Di kalnagan anak – anak saat ini, uang jajan tampaknya sudah semakin lumrah saja. Hampir setiap anak diberi uang jajan oleh orang tuanya.
Sehingga bagi kita, para orangtua yang percaya bahwa uang jajan tidak baik bagi anak, menjadi kawatir. Anak akan melihat bahwa semua teman – temannya diberi uang jajan, lalu kenapa dia tidak? Akan sulit menjelaskan dan menyampaikan padanya akan sisi negatif dari uang jajan, karena mereka melihat apa yang terjadi pada teman – teman sekitarnya.
Menyikapi hal ini, sebaiknya kita perlu memberikan pngertian secara bijaksana pada anak akan arti uang. Positifnya, memberikan uang jajan merupakan langkah awal dari pengelolaan keuangan. Kebiasaan baik akan pengelolaan keuangan perlu dilakukan sejak dini dan bisa dilakukan dari mengelola uang jajannya. Inilah waktu yang baik untuk mengajarkannya pada anak.
Kebiasaaan baik sejak kecil, akan menjadikan mereka manusia dewasa yang mampu mengelola uangnya dengan baik. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat bagi mereka di masa mendatang.
Nah, ayo kita temani anak kita mengenalkan pengelolaan keuangan dengan langkah berikut:
1. Diskusi
Tanyakan pada anak alasan mengapa dia membutuhkan uang jajan? Sampaikan apa saja yang bisa dibeli dan yang tidak. Apabila kita membawakan bekal untuk anak dan rumah dekat dari sekolah, tentunya uang jajan tidak diperlukan lagi. Nah, diskusikan untuk apa uang jajan diberikan? Misalnya, untuk membeli minuman apabila air minum yang dibawa habis. Minuman seperti apa yang bisa dibeli dan yang tidak. Sarankan, untuk membeli minuman yang sehat dan bersih. Jangan lupa bicarakan pula, kira – kira dia membutuhkan uang di sekolah untuk keperluan apalagi dan berapa banyak yang dibutuhkan? Misalnya untuk membeli alat tulis, kue atau mainan.
2. Hitung Bersama
Dari diskusi bersama yang telah Anda dan anak lakukam, maka bisa di perkirakan berapa besar kebutuhan jajan sang Anak. Setiap sekolah memiliki lingkungan yang berbeda, sehingga besaran kebutuhan uang jajannya pun akan berbeda pula. Misalnya, ada sekolah yang hanya membolehkan anak jajan di kantin. Dengan kondisi seperti ini, maka kita harus tahu berapa harga makanan dan minuman di kantin sekolah anak, agar uang yang diberikan cukup.
3. Berdasarkan Periode
Awalnya mungkin kita memberikan uang jajan setiap hari pada anak. Tentu saja ini merupakan langkah awal yang baik. Setiap hari anak akan menggunakan uang sesuai dengan yang dibutuhkannya, atau hanya pada hari tertentu saja. Akan tetapi, agar anak bisa mengelola uang lebih baik, coba tambahkan periodenya menjadi 2 hari sekali, 3 hari sekali dan seterusnya. Untuk anak yang meminta uang jajan yang hanya 2 kali seminggu, coba berikan langsung per Minggu. Artinya, besaran uang jajan dia perhari dikalikan 2. Dengan cara ini, anak bisa belajar mengelola uang yang diberikan untuk memenuhi kebutuhannya hingga periode tersebut berakhir.
4. Jangan Ditambah
Apabila ditengah periode kehabisan uang jajannya dan meminta tambahan, jangan memberikan tambahan dalam bentuk uang, melainkan berilah sesuai apa yang ia butuhkan. Misalnya, uang jajan biasa ia gunakan untuk membeli makanan dan minuman. Saat kehabisan uang, bawakan makanan dan minuman yang ia butuhkan di sekolah, sehingga kebutuhan mereka tetap terpenuhi. Memberikan uang jajan tambahan pada anak, akan membuat mereka merasa tidak ada batasan atas uang jajan yang diberikan.
5. Ajarkan Menabung
Inilah langkah awal yang sangata baik bagi anak. Setelah mereka menerima uang jajan, ajarkan kebiasaan menabung. Ajak ia menyisihkan sedikit demi sedikit uang jajanya untuk membeli barang yang diinginkan. Mainan, boneka, atau tas sekolah, dapat menjadi perangsang yang menarik bagi buah hati untuk mulai menabung. Bisa mulai dengan memiliki celengan yang dibuka 6 bulan sekali atau lebih baik lagi dengan mengajak mereka pergi ke bank dan membuka rekening tabungan anak.
Nah, Bu, memberikan uang jajan pada anak bsia menjadi sebuah langkah untuk mengajarkan pengelolaan keuangan yang baik bagi buah hati.
Tejasari CFP®
Sumber Nova 1387/XXVII 22 – 28 September 2014