Bukan zamannya lagi memulai usaha hanya dengan dana pas-pasan, apalagi modal nekat!
Banyak perempuan berangan-angan menjadi entrepreneur, alias memiliki bisnis sendiri. Akan tetapi, seirngkali mimpi tersebut tak kunjung jadi kenyataan. Salah satu penyebabnya: momok bernama modal usaha. Anda juga mengalaminya? Tejasari CFP, akan menjawab berbagai pertanyaan yang kerap muncul seputar masalah permodalan.
Saya ingin menjalankan bisnis sendiri. Bagaimana cara menghitung dana yang diperlukan saat memulai suatu usaha?
Besarnya modal awal tentunya bergantung pada jenis bisnis yang akan dijalankan. Bagaimanapun juga setiap usaha memiliki ciri tersendiri. Bidang jasa konsultasi keuangan misalnya, tidak membutuhkan uang sebesar bisnis restoran. Pada dasarnya, saat membicarakan biaya awal, ada tiga jenis modal yang harus benar-benar diperhitungkan: investasi awal, modal kerja, dan operasional.
Modal investasi awal adalah uang yang harus Anda keluarkan, saat pertama memulai usaha dan biasanya dipakai untuk jangka panjang. Misalnya, jika Anda akan membuka sebuah restoran, modal investasi awalnya yaitu bangunan, perlengkapan memasak, alat makan, dan desain interior.
Setelah itu, Anda harus menyiapkan modal kerja, yaitu biaya produksi atau membeli barang dagangan. Untuk usaha restoran, membeli bahan-bahan makanan termasuk di dalamnya. Sedangkan modal operasional, yaitu dana yang Anda persiapkan setiap bulan untuk kegiatan operasional sebuah bisnis. Gaji pegawai, biaya PLN dan PAM, sampai biaya retribusi, masuk dalam kategori modal ini.
Yang perlu diingat, Anda wajib menyiapkan modal minimal untuk menjalankan bisnis Anda selama enam bulan. Jadi, dalam jangka waktu tersebut, Anda tidak lagi dipusingkan memikirkan gaji pegawai dan biaya produksi lainnya. Dengan cara ini, Anda pun dapat lebih berkonsentrasi mengembangkan bisnis.
Langkah apakah yang dilakukan untuk menghimpun modal?
Pertama-tama, buatlah sebuah time plan. Susun target yang harus Anda capai setiap bulan atau tahun. Dengan perencanaan yang baik, Anda akan lebih mudah mengukur besarnya usaha yang dibutuhkan, sebelum bisnis berjalan. Yang paling baik tentunya mengupayakan modal dari uang sendiri. Jika ini adalah sesuatu yang diproyeksikan untuk 10-15 tahun ke depan, Anda dapat menyisihkan dana setiap bulan untuk diinvestasikan menjadi modal bisnis. Jangka waktunya yang lama, Anda bisa memilih tipe investasi high risk, sehingga tingkat pengembaliannya pun akan lebih tinggi.
Selain uang, Anda juga perlu mengumpulkan modal pengetahuan dan skill yang mendukung perkembangan bisnis nantinya. Misalnya, untuk berjualan makanan tidak cukup jika Anda hanya tahu cara memasak. Tugas selanjutnya adalah mempelajari strategi pemasaran yang tepat, menentukan target konsumen, mengemas produk, konsep usaha, dan lain-lain.
Saya ingin memulai bisnis dalam tempo kurang dari lima tahun, namun saya tak dapat menyisihkan dana cukup besar untuk diinvestasikan setiap bulannya. Apa yang harus saya lakukan?
Tetap saja alokasikan uang sesuai kemampuan Anda setiap bulannya. Tapi, jangan lantas mengganggu pos pengeluaran yang lain demi “memaksakan diri” mengumpulkan modal. Andaikata dalam target waktu yang ditentukan, Anda hanya dapat mengumpulkan setengah dari jumlah modal, tidak perlu berkecil hati.
Masih ada alternatif lain untuk menyusutkan kekurangannya. Misalnya, Anda membutuhkan peralatan masak, meja dan kursi untuk restoran. Alih-alih membeli atau membuat yang baru, Anda dapat mengambil barang bekas atau menyewanya saja. Anda harus kreatif!
Pilihan lain? Cpba pikirkan kemungkinan bekerja sama dengan teman atau kerabat untuk berpatungan modal. Memang sering terdengar pameo: berbisnis dengan teman akan merusak persahabatan. Namun, jika tidak bersama kawan, dengan siapa lagi? Apalagi, umumnya bank mensyaratkan bisnis sudah harus berjalan minimal 1 atau 2 tahun untuk kelayakan pemberian pinjaman dari bank.
Masalah dan benturan selama proses berbisnis lumrah terjadi. Yang pasti, bisnis tidak bisa dijalankan sendirian, harus ada orang lain untuk bertukar pendapat atau beradu argumen. Menurut saya, teman adalah pilihan sparring partner yang tepat!
Sekarang banyak bank atau kartu kredit yang menawarkan pinjaman tanpa agunan. Apakah saya dapat menggunakannya sebagai modal usaha?
Jika bisnis sudah berjalan dan mulai menghasilkan keuntungan, Anda bisa mengambil pinjaman jenis ini. Sebaiknya cicilan kredit dibayar dari keuntungan bisnis, bukan dari pos pendapatan yang lain. Begitu pula jika Anda masih bekerja dan berniat mengambil pinjaman lunak dari kantor untuk membuka usaha. Jangan sampai Anda menggunakan gaji untuk membayar cicilan hutang tersebut.
Selain bank, ada banyak lembaga dana lainnya yang dapat memberikan pinjaman. Koperasi salah satunya dan syarat megajukan pinjaman tidak terlalu sulit. Anda hanya perlu terdaftar sebagai anggota dan memiliki simpanan di koperasi. Bunganya memang lebih tinggi, namun karena prosedurnya lebih mudah, dana dari koperasi bisa dijadikan alternatif untuk para pebisnis baru. Selamat memulai usaha!
[Artikel dimuat di Majalah MORE Indonesia-edisi Agustus 2010 | foto sebagai ilustrasi diambil dari: genitronsviluppo.com]