Dear Ibu Teja,

Salam kenal, Bu.

Saya adalah wanita karier berusia 36 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta. Suami saya berusia 39 tahun, juga bekerja di perusahaan swasta. Rumah tangga kami memang berpenghasilan ganda, alias anggaran kebutuhan sehari – hari berasal dari saya dan pasangan. Kami juga dikaruniai seorang anak yang kini berusia 8 tahun. Saya pribadi, sih, merasa pendapatan kami bisa menghidupi keluarga kecil ini lebih dari cukup, Bu.

Namun, yang menjadi masalah belakangan ini adalah saat biaya hidup mertua menjadi tanggungan kami. Ibu mertua saya ini sudah bercerai dengan suaminya sejak lama, sementara adik bungsu suami yang dulu menemaninya, sudah menikah dan pindah kota. Sebelumnya, ibu mertua masih bekerja sebagai wiraswasta, namun kini ia sudah berhenti dan menggantungkan kehidupan finansialnya pada suami saya.

Mungkin saya egois, Bu. Tapi kadang saya sedikit tidak rela ketika tahu ibunya suami minta dikirimi uang untuk keperluan yang tidak terlalu primer. Kalau untuk kebutuhan utama, sih, saya sebenarnya tak keberatan dan ikut merasa berkewajiban membantunya.

Saya mengerti, sih, suami pasti merasa bertanggung jawab pada ibunya yang sekarang tinggal sendirian. Apalagi hanya saya dan suami yang tinggal di kota yang sama dengan beliau. Kakak dan adik suami tinggal dan bekerja diluar kota.

Awalnya sih, saya benar – benar tidak keberatan, bu. Tapi,kok, kadang saya jadi hitung – hituangan, ya? jujur saja, saya sering kepikiran, apalagi kalau ingat bahwa untuk orang tua saya sendiri, saya tidak memberi sebanyak yang suami berikan kepada ibunya.

Bu, Apakah saya berlebihan? Haruskah saya bilang rasa keberatan ini pada suami? Lalu, bagaimana kami menanggapi kebutuhan finansial ibu mertua ini agar ia nyaman tapi juga tidak memberatkan kami?

Terima kasih, Bu Teja.

Meisari – Depok.

Mbak Meisari,

Mengelola keuangan keluarga memang tidak mudah bagi sebagian besar dari kita. Pasalnya, ini tidak hanya mencakup cara kita mengelola keuangan buat diri sendiri, melainkan kita juga perlu mengatur kebutuhan seluruh keluarga besar.

Oleh karena itu, saat sudah berumah tangga, sangatlah penting untuk bisa bersama – sama dengan suami mengelola keuangan keluarga.

Melihat kondisi pengaturan keuangan saat ini, saya melihat Mbak meisari merasa adanya ketidakseimbangan dalam penggunaan keuangan keluarga. Kondisinya, suami memiliki orangtua yang menggantungkan kebutuhan finansialnya, yang membutuhkan dana lebih besar dari orangtua Mbak Meisari. Menghadapi permasalahan ini, alangkah baiknya anda mengajak suami duduk bersama mengatur alokasi pengeluaran keluarga.

Langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Mulai Bicara

Bicarakan pada suami mengenai pentingnya bersama- sama menghitung pengeluaran keluarga saat ini. Mengingat pembicaraannya akan sangat sensitif, alih – alih langsung membicarakan pengeluaran untuk mertua, baiknya kita menghitung seluruh pengeluaran keluarga kecil anda setiap bulannya dulu, ditambah juga pengaturan biaya tahunan.

Dengan cara ini, kita tidak langsung masuk ke permasalahan, tapi melihat secara luas bagaimana kondisi keuangan keluarga.

Buat Alokasi

Bagilah pengeluaran menjadi empat bagian, yaitu alokasi untuk tabungan, pembayaran cicilan utang, pengeluaran rutin keluarga, dan pengeluaran pribadi. Pengeluaran orangtua, adik orangtua suami ataupun orangtua anda, juga dimasukkan ke dalam pengeluaran rutin.

Telaah lebih dalam

Saat membagi pengeluaran tersebut, jangan lupa untuk membahas masing – masing alokasi pengeluaran secara detail. Diskusikan juga alokasi uang bulanan untuk orangtua masing – masing. Sampai keinginan untuk memberikan dalam jumlah yang sama. Apakah memang cukup untuk masing – masing orangtua atau ada kebutuhan yang lain sehingga harus memberikan lebih besar kepada salah satunya?

Sisihkan Tabungan

Ingatkan suami, bahwa kita juga perlu menabung untuk kebutuahn keluarga sendiri. Contohnya untuk menyiapkan dana pendidikan anak – anak, menyiapkan dana pensiun, mengalokasikan dana darurat serta kebutuhan keluarga yang menjadi prioritas lainnya.

Dengan membuat rincian untuk seluruh pengeluaran bulanan keluarga, mudah – mudahan Mbak Meisari dan Suami bisa melihat kondisi keuangan saat ini. Apapun keputusannya, pasti ada jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak, asal semuanya dibahas secara terbuka bersama suami.

Memang keterbukaan dalam pengelolaan keuangan keluarga sangat penting. Dengan cara ini kita bisa membangun rasa saling percaya, dan juga membangun masa depan keluarga yang lebih baik lagi.

Tejasari CFP®

Nova 1391/XXVI 20 -26 October 2014

WhatsApp chat